Saat itu, gue dan dia lagi berhadapan. Hari itu hari selasa, menginjak hari ketiga gue jadian dengan dia.
“Jadi?” Tanya gue.
“Ya, kita putus.” Katanya.
“kenapa?”
“Ini soal Mama. Mama ga ngijinin aku pacaran dulu kak.”
Gue langsung tahu dia mencari alasan. Dia tidak bilang mengenai hal itu saat dia nerima gue.
“Kenapa mencari-cari alasan.”
Dia hanya diam.
“Aku tahu kenapa. aku bukan laki-laki yang kamu harapkan kan.”
Dia membuang tatapannya. Tidak bicara.
“Aku memang bukan siapa-siapa. Tapi aku sayang kamu.” Gue ngomong lirih. Rasa-rasanya mulut gue bergerak sendiri.
“Iya, tahu, tapi, Mama.”
“Udahlah, aku ga mungkin maksa.”
Ekspresinya kini berubah menjadi tidak peduli.
“Suatu saat nanti aku tidak akan diperlakukan seperti ini lagi.” Gue terus mengeluarkan kata-kata sedih minta dikasihani.
Dia pergi meninggalkan gue. Masuk kekelasnya.
“Aku akan menjadi lebih baik.”
Gue ngomong sendiri.
“Aku janji.”
Mulai dari sini, gue akan berusaha merubah keadaan yang seperti ini. Selalu dipermainkan wanita, sedikit teman, dikucilkan dari pergaulan, kesepian.
“Di masa depan aku tidak akan seperti ini lagi.”
Metamorfosa, gue yakin itu akan terjadi.
|
---|